Showing posts with label Makna sebuah cerita. Show all posts
Showing posts with label Makna sebuah cerita. Show all posts

Wednesday, August 10, 2016

CITRA DIRI ANAK BEBEK


PENGALAMAN MASA KECIL YANG MENGAJARKAN CITRA DIRI

Citra Diri Anak BebekSaat saya masih kecil, kakek dan nenek saya suka memelihara ayam kampung. Kadang-kadang saya membantu nenek memberi makan ayam-ayam peliharaan nenek. Memelihara ayam kampung berbeda dengan ayam negeri. Ayam kampung pada siang hari sengaja dilepas untuk mencari makan sendiri, sebagai makanan tambahan.

Suatu saat salah satu ayam betina sedang bertelur. Nenek menyediakan sarang untuk tempat bertelur, sebab jika tidak disediakan sarang, ayam tersebut bisa bertelur di mana saja. Kebetulan nenek ingin menetaskan telur-telur tersebut. Sambil menetaskan telur ayam, nenek juga ingin menetaskan telur bebek. Telur bebek tersebut “dititipkan” di sarang ayam tadi. Telur ayam dan telur bebek akhirnya sama-sama dierami oleh ayam sampai menetas.

Waktu itu saya sempat terpukau, biasanya ayam dan bebek bermusuhan, tetapi kali ini tidak. Ayam tersebut memelihara dengan baik anak-anaknya termasuk anak bebek tersebut. Anak bebek tersebut mendapat perlakukan yang sama, dicarikan makan dan dilindunginya. Begitu juga dengan anak-anak bebek, mereka bertingkah laku seperti ayam. Mencari makan seperti ayam dan menganggap induk ayam tersebut ibunya.

Keadaan ini berlangsung sampai “disapih”, yaitu istilah proses pemisahan anak-anak ayam dan ibunya. Penyapihan dilakukan pada usia anak ayam tertentu dimana anak ayam tersebut sudah bisa mandiri. Anak-anak bebek yang sudah menjelang dewasa disatukan lagi dengan komunitas bebek lainnya.

MEMBATASI DIRI


Saya sangat suka membaca cerita-cerita yang memberikan inspirasi dalam hidup. Cerita-cerita yang cukup melekat dalam benak saya ialah saat membaca cerita seseorang yang cacat tetapi memiliki keterampilan luar biasa. Seorang yang cacat tetapi mencapai prestasi yang mengagumkan.

Kunci sukses mereka ialah mereka tidak menganggap cacat mereka sebagai hambatan meraih sukses. Mereka beranggapan bahwa mereka adalah sama dengan orang pada umumnya (dan memang benar). Mereka tidak beranggapan kekurangan pada dirinya sebagai alasan mereka untuk bersantai ria dan mengandalkan belas kasih orang lain.

Saya menjadi sedih saat melihat orang yang justru orang yang segar bugar tetapi telah memvonis dirinya tidak mampu sejak awal. Ketidak mampuan mungkin ada, saya memang melihat ada faktor bakat pada kesuksesan manusia. Tetapi faktor bakat memberikan kontribusi yang sedikit. Bakat tanpa usaha keras akan percuma saja. Para atlet piala Uber dan Thomas memang kumpulan orang berbakat tetapi mereka berlatih seharian dan hampir tiap hari, dan masih kalah.

Cacat atau kekurangan lainnya memang akan membatasi kebebasan kita di suatu sisi. Namun kebebasan itu banyak dan bermacam- macam, jika salah satu kebebasan kita terpenjara, kita masih bisa mencari kebebasan yang lainnya. Sebagai contoh beberapa orang cacat yang tidak memiliki tangan kemudian bisa menulis dan melukis dengan mulutnya. Kebebasan tangan memiliki batasan tetapi dia masih memiliki kebebasan di mulutnya.

Tuesday, August 9, 2016

DONALD TRUMP TIDAK TAHU SEGALANYA

DONALD TRUMP TIDAK TAHU SEGALANYA

Sungguh aneh, saya banyak melihat orang yang sudah merasa tahu segalanya. Tidak mau mendengar orang lain, tidak mau mencoba yang baru, tidak terbuka dengan pikiran atau gagasan baru. Orang seperti ini merasa apa yang ada dalam pikiran sudah lengkap dan tidak perlu ditambah. Saat diberitahu oleh seseorang dia akan membantahnya dan mengatakan “Ah, itu kan cuma…..” Apakah Anda seperti itu? Bagaimana dengan milyuner Donald Trump?

Alhamdulillah, karena Anda terus membaca, berarti Anda bukanlah orang yang merasa serba tahu. Selamat Anda memiliki pikiran terbuka untuk membaca artikel ini. Pikiran seperti inilah yang akan membuat Anda menjadi lebih sukses, seperti yang dikatakan dalam salah satu bukunya:

Selalu tetap terbuka terhadap gagasan-gagasan, informasi, dan kesempatan baru. Jangan tutup pikiran Anda terhadap hal-hal baru, mengira bahwa Anda telah mengetahui apa yang perlu Anda ketahui.
Hal ini sangat berkaitan dengan berpikir positif. Orang yang memiliki pikiran positif, akan selalu terbuka dibanding orang yang memiliki pikiran negatif. Orang yang pesimis merasa dia sudah tahu segalanya, sehingga saat dia menghadapi kesulitan, dia merasa tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Sementara orang yang berpikiran positif, saat dia menghadapi kesulitan, dia tahu bahwa dia belum mengetahui cara mengatasi kesulitan tersebut. Dia akan berusaha untuk mencari tahu caranya.

Sekali lagi, Donald Trump menekankan akan pentingnya berpikir positif.

Monday, August 8, 2016

MENGALIR SEPERTI AIR – CARA BENAR DAN CARA SALAH

MENGALIR SEPERTI AIR – CARA BENAR DAN CARA SALAH

MENGALIR SEPERTI AIR : MEMANGNYA ADA CARA SALAH?

Mengalir Seperti AirUngkapan mengalir seperti air terdengar begitu indah, bijak, dan puitis. Maka banyak orang yang menggunakan ungkapan ini sebagah falsafah hidupnya. Namun sayangnya, jika kita menyikapinya atau memahaminya dengan cara yang salah, akan menjadikan diri kita terpuruk tidak memiliki prestasi apa-apa.

Tapi, ada orang yang menggunakan prinsip ini dan dia meraih sukses?

Ya tentu saja, jika kita memahami prinsip ini dengan benar, maka Anda bisa sukses dengan menerapkan prinsip ini dalam kehidupan Anda sehari-hari. Artikel ini akan membahas, bagaimana pemahaman yang salah dan benar.

Akan kita awali dengan cara yang salah memahami ungkapan mengalir seperti air.

CARA SALAH MENGALIR SEPERTI AIR

Ciri pemahaman salah terhadap ungkapan mengalir seperti air adalah menjadikan diri Anda menjadi tidak berdaya. Anda tidak melakukan apa-apa, Anda malas, tetapi Anda merasa benar dan merasa sudah mengikuti prinsip ini. Jangan sampai menggunakan ungkapan ini sebagai alasan kemalasan Anda, tidak mau kerja keras, tidak berlatih, dan tidak mau melakukan ikhtiar yang optimal.

MAN YAZRA’ YAHSHUD – SIAPA MENANAM DIA MEMETIK

MAN YAZRA’ YAHSHUD – SIAPA MENANAM DIA MEMETIK

MAN YAZRA’ YAHSHUD PERIBAHASA ARAB KONSEP SUKSES

Man Yazra' Yahshud - Siapa Menanam Dia MemetikSebagaimana man jadda wajada, man yazra’ yahshud juga merupakan pepatah arah yang sarat dengan makna. Artinya adalah barang siapa menanam pasti akan memetik (mengetam). Peribahasa ini adalah konsep sukses yang sudah dipercaya sejak dulu dan sampai sekarang dan kapan pun akan terus berlaku.

Namun tidak sedikit yang tidak yakin, sebab merasa sudah berusaha (menanam) tetapi tidak memetik hasilnya. Pada artikel ini, akan saya bahas, mengapa dan bagaimana memastikan setiap usaha mendatangkan hasil.

APAKAH MAN YAZRA’ YAHSHUD SELALU BERLAKU?

Mungkin kita pernah melihat dalam kehidupan sehari-hari, sepertinya konsep man yazra’ yahshud tidak selamanya berlaku. Misalnya ada seorang petani yang menanam padi, kemudian tiba-tiba banjir, dan kemudian dia gagal panen. Si petani itu menanam padi tetapi dia tidak memetik hasilnya atau hanya sebagian kecil.

Begitu juga dalam setiap usaha kita, sering kali kita berusaha untuk mencapai target tertentu, tetapi hasilnya tidak kita dapatkan sesuai dengan target kita. Bahkan, bagi seorang karyawan pun, tidak ada jaminan bahwa dia akan mendapatkan uang sebesar gaji yang sudah ditetapkan. Bisa saja hilang atau kena copet di jalan.

INSPIRASI HIDUP: PERAN SEORANG TUNA NETRA

INSPIRASI HIDUP: PERAN SEORANG TUNA NETRA

INSPIRASI HIDUP DARI SEORANG TUNA NETRA

inspirasi hidupSeorang tuna netra yang mandiri adalah inspirasi hidup kita. Padahal, saya kira sudah menjadi pemandangan yang biasa, saat kita melihat seorang tuna netra yang berjalan di pinggir jalan untuk mengharap belas kasihan dari para pengguna jalan. Mereka duduk di pinggir jalan dengan sebuah kaleng, mangkuk, atau wadah lainnya untuk mengumpulkan receh dari orang-orang yang melewatinya. Ada juga yang berjalan menghampiri mobil-mobil yang berhenti dengan dipandu oleh orang yang bisa melihat.

Tuna netra sering kali dijadikan alasan untuk meminta belas kasihan. Kekurangan sering kali dijadikan alasan untuk tidak bekerja dan tidak berkarya. Boro-boro memberikan inspirasi hidup dan kontribusi kepada orang lain, untuk dirinya sendiri masih mengharapkan orang lain. Yang menjadi pertanyaan ialah apakah mereka tidak bisa atau tidak mau? Atau memang kita yang tidak pernah memberikan kesempatan kepada mereka?

KETERBATASAN BUKAN ALASAN UNTUK MENYERAH

Saya punya tetangga yang tuna netra, bahkan suami istri sama-sama tidak bisa melihat. Mereka memiliki dua anak yang cantik dan ganteng. Namun mereka bisa hidup dengan layak tanpa harus berharap belas kasihan kepada orang lain. Mereka bisa menghidupi anak-anaknya tanpa harus menjadi peminta-minta. Kehidupan mereka bisa menjadi inspirasi hidup bagi kita. Meski dengan keterbatasan, mereka bisa mandiri.

Ah, itu belum seberapa. Ada seorang tuna netra yang berusaha mengumpulkan dana untuk disumbangkan ke suatu yayasan, dia tidak hanya memikirikan diri sendiri tetapi dia memikirkan orang lain lain. Dia tidak meminta belas kasihan dari orang lain, tetapi dia memberikan kontribusi kepada orang lain. Dan lebih hebatnya lagi dia bisa mengendarai sebuat pesawat terbang dalam rangka pengumpulan dana tersebut.

BADAI PASTI BERLALU

BADAI PASTI BERLALU

Hidup seolah berada di sebuah bahtera yang berada di tengah samudra. Perlu perjuangan untuk membuat bahtera tersebut melaju menuju pulau impian. Jika tidak, behtera hanya akan terombang-ambing entah kemana.

Kita perlu terus menjadikan bahtera bergerak dan mengarahkannya ke arah pulau impian kita. Namun, kadang badai datang, membuat bahtera kita oleng bahkan hampir tenggelam.

Namun bahtera kehidupan memiliki sebuah keajaiban. Bahtera kehidupan tidak akan pernah tenggelam selama kita memiliki harapan. Oleng mungkin tetapi tenggelam tidak jika kita masih memiliki harapan bahwa kita akan sampai ke tujuan yang kita impikan.

Jika badai begitu lama menggoncang bahtera kita, jangan pernah menyerah, karena menyerah adalah satu cara pasti bahtera kita tenggelam. Harapan, membuat bahtera kita tidak akan pernah hancur dihantam gelombang dan tidak akan membuat bahtera kita karam.

Lalu, dari mana datangnya harapan? Harapan ada pada diri kita, sebab tidak ada badai yang melebihi kekuatan diri kita. Sebesar-besarnya badai masih dibawah kemampuan kita semua. Allah telah memberikan kekuatan yang sangat dahsyat pada diri kita atau mendatangkan badai yang besarnya masih ada dibawah kemampuan kita. Allah tidak pernah memberikan cobaan yang melebihi kemampuan kita.

MANUSIA SEPERTI KOMPUTER

MANUSIA SEPERTI KOMPUTER

Sekedar share dari sumber diri sendiri. Yang saya amati kenapa manusia seperti komputer ya? Ada hardware, software dan brainware.

HARDWARE

Hardware disini adalah perangkat keras manusia, unsur aradh manusia. Dan uniknya setiap manusia memiliki perangkat keras yang tidak serupa. Luar biasa sekali, seperti halnya komputer ada manusia yang memiliki spesifikasi Pentium III ada juga yang Pentium IV, bahkan uniknya pada manusia yang memiliki spesifikasi Pentium IV pun spesifikasi nya tidak sama, ada yang mempunyai modem, ada yang tidak. 

Dari yang sama-sama mempunyai modem, ada yang ADSL ada yang Dial Up, ada yang online selalu kontak pada Robbal Arbaab – Allah azza wa jalla, ada juga yang modemnya tidak aktif. Subhannalloh. Kalau ada hardware tentu harus ada softwarenya, benar memang demikian

SOFTWARE

Sebagaimana komputer, hardware tidak akan berfungsi tanpa adanya software. Begitupun unsur aradh manusia tidak akan berfungsi tanpa adanya unsur samaawaat yang merupakan unsur yang sangat kompleks, unsur yang kekal – jauh berbeda dengan unsur aradh manusia yang rusak (kafir).

MANUSIA ADALAH SOFTWARE, BUKAN HARDWARE

MANUSIA ADALAH SOFTWARE, BUKAN HARDWARE

Dulu ada yang beranggapan bahwa manusia adalah tubuh yang berjiwa, tapi anggapan itu sekarang telah beralih dengan adanya pengembangan disiplin ilmu Psychology yang kini sudah berjalan melangkah keluar, memasuki area metafisik – Parapsychology. Ilmuwan di negara barat sependapat bahwa manusia adalah jiwa yang bertubuh, jangan heran kalau mereka pun mampu melakukan experience outside body (EOB) atau yang disini dikenal dengan istilah ragasukma.

Jika sebuah mobil melintas di hadapan kita, maka pandanglah sang supir – itulah manusia nya yang mengendalikan alam semesta dirinya baik fisik maupun metafisik. Terkadang terjadi sang supir lengah, lalu mendekatlah seorang preman – supir dipukul pingsan, preman masuk kedalam mobil dan mengendalikannya, akhirnya jalan mobil ga karuan. Begitulah serupa dengan kasus kesurupan yang kadang terjadi, disaat sang supir sebagai pemimpin unsur bumi (kholifah fil aradh) lengah, maka kendali dipegang oleh lainnya

Kembali, bahwa manusia adalah JIWA yang bertubuh. Tubuhnya tidak lain hanyalah unsur mineral semata yang tidak beda dengan unsur bumi, yang bisa rusak termakan hukum alam atau law of the universe (sunnatullah). Tidak ada yang bisa dibanggakan dari tubuh manusia, baik dari kekuatan, keindahan dan lainnya. Tubuh Gajah jauh lebih besar daripada tubuh manusia, kekuatan tubuh gajah jauh melebihi kekuatan tubuh manusia, mata seekor burung elang jauh lebih tajam daripada mata manusia.

JANGAN SEPERTI KELEDAI ATAU LEBIH PARAH

JANGAN SEPERTI KELEDAI ATAU LEBIH PARAH

Pernahkan Anda mendengar pepatah yang mengatakan “Hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama dua kali.” Pepatah ini adalah suatu ungkapan kebodohan seseorang yang tidak mau mengambil hikmah dari kesalahan yang sama. Padahal, Nabi Muhammad saw. melarang kita berperilaku seperti keledai dari hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Dari Nabi saw., beliau bersabda: Seorang mukmin tidak boleh dua kali jatuh dalam lubang yang sama. (Shahih Muslim No.5317).

Bagaimana dalam kenyataannya? Ternyata banyak yang lebih parah, yaitu orang yang jatuh berkali-kali pada lubang yang sama, lebih dari dua kali. Disisi lain, banyak orang yang merasa tidak pernah jatuh dan dia merasa pintar. Padahal dia tidak jatuh sebab dia berada di lubang sehingga tidak mungkin jatuh lagi, kecuali ada lubang di dalam lubang.

Kasus yang pertama bisa terjadi dengan tiga kemungkinan

Dia tidak pernah belajar dari kesalahan sebelumnya. Orang seperti tipe orang yang tidak mau menggunakan akal dan tidak mau belajar. Dia akan lebih fokus menyalah orang lain atau keadaan ketimbang mencari akar pemasalahan yang selalu ada pada dirinya.
Dia tidak tahu kesalahan yang di lakukan. Biasanya jika penyebab kesalahan tidak nampak, ini sering terjadi jika penyakitnya ada di mindsetnya. Dia mungkin melakukan perbaikian, tetapi tidak pada mindsetnya, maka perbaikannya akan sia-sia saja.

Sunday, August 7, 2016

AKAL MANUSIA

AKAL MANUSIA

Ada seekor kerbau yang setiap pagi dibawa oleh seorang anak penggembala yang masih kecil menuju sawah yang akan dibajak. Jika tidak ada pekerjaan, kerbau itu oleh penggembala dibawa ke daerah yang banyak rumputnya. Kemana pun kerbau itu dibawa selalu saja nurut kepada majikannya yang seorang anak kecil.

Suatu saat, saat si kerbau sedang sendirian, ada seekor harimau menghampiri kerbau itu. Si harimau berkata kepada kerbau,

“Hey kerbau, saya sudah beberapa hari mengamati kamu. Kamu selalu nurut saja dibawa-bawa atau disuruh-suruh oleh majikan kecilmu. Manusia majikanmu itu sangat kecil dibanding kamu, kenapa tidak kamu tubruk saja, pasti dia terpental jauh atau mati. Kamu jadi bebas seperti saya, bebas kemana pun saya mau.”

“Saya takut kepada anak kecil itu”, jawab si kerbau.

“Ha ha ha, dasar bodoh kamu. Masa badan kamu yang besar takut kepada anak kecil?” ejek si harimau sambil menertawakan.

“Kamu juga akan takut jika kamu mengetahui kelebihan manusia” kata si kerbau menjelaskan.

“Apa sih kelebihan manusia itu, koq bisa membuat kamu takut?” tanya si harimau penasaran.

MENGAPA SPIDERMAN BERTOPENG?

MENGAPA SPIDERMAN BERTOPENG?

Anda pernah menonton Spiderman 3? Ada kesamaan diantara ketiga film Spiderman, yaitu Spiderman selalu tampil dengan mengenakan topeng saat dia sedang beraksi. Yang menjadi pertanyaan ialah mengapa? Mungkin bagi Anda yang pernah menonton bisa menyimpulkan, jika Spiderman membuka identitasnya, maka keselamatan diri dan keluarganya akan terancam.

PAHLAWAN SERING MENGORBANKAN KEPENTINGAN PRIBADINYA

Dalam film itu digambarkan bagaimana kepahlawan seorang wartawan di balik topengnya, menolong sesama dan melawan penjahat, padahal seringkali kepentingan dirinya terabaikan, seperti mendekati teman wanitanya. Setiap perjuangan memang selalu ada yang harus dikorbankan, baik waktu, tenaga, dan harta. Itu juga yang terjadi pada Spiderman.

PAHLAWAN SELALU MEMILIKI MUSUH

Meski pahlawan berbuat kebaikan untuk banyak orang, namun pahlawan akan memiliki musuh. Siapa? Ya orang yang tidak suka dengan kebaikan itu, terutama saat kebaikan tersebut mengancam kepentingan mereka. Para penjahat lebih memilih mempertahankan kepentingannya, bahkan jika harus melawan para pahlawan.

Topeng yang dia kenakan, menyelamatkan kehidupan pribadinya dari ancaman orang-orang yang tidak suka kepadanya, padahal dia sudah berbuat baik kepada orang lain. Tentu yang tidak suka kepada Spiderman ialah para penjahat karena usaha jahatnya selalu dihalangi oleh Spiderman.

CITRA DIRI ANAK BEBEK

CITRA DIRI ANAK BEBEK

PENGALAMAN MASA KECIL YANG MENGAJARKAN CITRA DIRI

Citra Diri Anak BebekSaat saya masih kecil, kakek dan nenek saya suka memelihara ayam kampung. Kadang-kadang saya membantu nenek memberi makan ayam-ayam peliharaan nenek. Memelihara ayam kampung berbeda dengan ayam negeri. Ayam kampung pada siang hari sengaja dilepas untuk mencari makan sendiri, sebagai makanan tambahan.

Suatu saat salah satu ayam betina sedang bertelur. Nenek menyediakan sarang untuk tempat bertelur, sebab jika tidak disediakan sarang, ayam tersebut bisa bertelur di mana saja. Kebetulan nenek ingin menetaskan telur-telur tersebut. Sambil menetaskan telur ayam, nenek juga ingin menetaskan telur bebek. Telur bebek tersebut “dititipkan” di sarang ayam tadi. Telur ayam dan telur bebek akhirnya sama-sama dierami oleh ayam sampai menetas.

Waktu itu saya sempat terpukau, biasanya ayam dan bebek bermusuhan, tetapi kali ini tidak. Ayam tersebut memelihara dengan baik anak-anaknya termasuk anak bebek tersebut. Anak bebek tersebut mendapat perlakukan yang sama, dicarikan makan dan dilindunginya. Begitu juga dengan anak-anak bebek, mereka bertingkah laku seperti ayam. Mencari makan seperti ayam dan menganggap induk ayam tersebut ibunya.

Keadaan ini berlangsung sampai “disapih”, yaitu istilah proses pemisahan anak-anak ayam dan ibunya. Penyapihan dilakukan pada usia anak ayam tertentu dimana anak ayam tersebut sudah bisa mandiri. Anak-anak bebek yang sudah menjelang dewasa disatukan lagi dengan komunitas bebek lainnya.

NASI SUDAH MENJADI BUBUR

NASI SUDAH MENJADI BUBUR

NASI SUDAH MENJADI BUBUR BUKANLAH KIAMAT

nasi sudah menjadi buburSaat keterlanjuran sudah berlalu, kita sering mengatakan “Nasi sudah menjadi bubur”. Betulkah ungkapan ini? Atau sekedar mencari pembenaran untuk tidak memperbaiki yang sudah ada? Insya Allah setelah membaca cerita berikut, kita akan memiliki pandangan berbeda terhadap suatu keterlanjuran.

NASI SUDAH MENJADI BUBUR? MEMANG TIDAK SUKA BUBUR?

Seorang mahasiswa kuliahnya tidak serius. Kadang masuk kuliah kadang tidak, tugas terbengkalai, SKS yang harus dikejar masih banyak, dan jarang sekali belajar. Begitu ditanya ternyata dia merasa terjebak masuk ke jurusan yang dipilihnya karena dia hanya ikut-ikutan saja. Teman-temannya masuk jurusan tersebut, dia pun ikut.

“Mengapa kamu tidak pindah saja?” tanya temannya, Budi.

“Ah, biarlah, nasi sudah menjadi bubur” jawabnya, tidak peduli.

“Apakah kamu akan tetap seperti ini?”

DURIAN MANIS DAN DURIAN TANPA RASA

DURIAN MANIS DAN DURIAN TANPA RASA

Dua orang anak remaja melewati sebuah rumah yang memiliki kebun besar di depannya. Salah satu pohon di depan rumah tersebut adalah sebuah pohon durian. Saat itu sedang musim durian sehingga kebetulan pohon tersebut sedang berbuah. Mereka berdua melihat beberapa durian yang sudah terlihat matang di pohon. Rudi mengatakan bahwa durian tersebut pasti manis. Sementara temannya Anton mengatakan bahwa durian tersebut tidak ada rasanya. Mengapa bisa berbeda?

“Mengapa kamu mengatakan bahwa durian tersebut tanpa rasa?” tanya Rudi kepada Anton.

Sambil tersenyum Anton menjawab, “Mata tidak bisa merasakan manis atau pahit. Jadi durian tersebut tidak punya rasa karena hanya bisa dilihat.”

“Kacian deh loe!”, ejek Rudi sambil tertawa.

“Memang kamu bisa memakan durian itu?” kata Anton balik menyerang.

“Kenapa tidak?” jawab Rudi sambil tersenyum yakin.

“Kamu mau mencurinya? Yang punya rumah ini galak. Kalau ketahuan bisa bahaya!” kata Anton.

BUKAN UNTUK SEKEDAR MAKAN

BUKAN UNTUK SEKEDAR MAKAN

Sewaktu saya kecil, kampung halaman saya masih dipenuhi dengan sawah yang menghampar. Seperti kehidupan para petani biasa, saat panen tiba bukan hanya rezeki bagi pemilik sawah, namun juga bagi para petani lainnya yang ikut serta membantu memanen padi. Setiap orang yang membantu akan mendapat bagian sepersekian dari hasil panenan masing-masing. Hal inilah yang selalu menggerakan nenek saya ikut serta membantu panen orang lain.

Meski boleh dibilang sudah terlalu tua untuk memanen padi, tetapi semangatnya tidak pernah goyah untuk pergi ke sawah sambil membawa semua peralatannya. Sering kali nenek pergi ke sawah sambil sembunyi-sembunyi karena sebenarnya sudah dilarang oleh semua anak-anaknya. Anak-anaknya berpikir, untuk apalagi sich, toch kalau untuk makan tidak perlu khawatir lagi, sebab tinggal memilih mau di anak yang mana.

Nenek tidak mengubris saat dilarang oleh anak-anaknya. Meski hasilnya sudah sedikit karena keterbatasan tenaga dan stamina, nenek tetap melakukan pekerjaan memanen padi. Kadang saat saya tidak sekolah saya diminta bantuannya. Saya sering kali membantu nenek ditengah terik matahari, memotong dan merontokan butir demi butir padi. Nenek suka marah jika ada padi yang tercecer, maklum itu adalah hasil perjuangannya.

Sedikit demi sedikit, hasil upah memanen terkumpul. Kemudian dijemur berhari-hari sampai siap digiling. Perjalanan menuju tempat penggilangan lumayan jauh dan tidak ada angkutan. Saya menemaninya pergi ke tempat penggilingan ditengah terik matahari dan diantara bentangan sawah. Suatu aroma dan pandangan yang tidak pernah terlupakan sampai sekarang.

PARA PENCARI KEBERUNTUNGAN

PARA PENCARI KEBERUNTUNGAN

Di suatu desa yang terletak di pinggir sungai besar, ada seorang nilayan bernama pak Amir yang selalu mencari ikan di sungai tersebut. Setiap hari pak Amir turun ke sungai memasang bubu (perangkap ikan). Keesokan hari bubu tersebut ditengok. Kadang mendapat ikan banyak kadang tidak. Namun pak Amir terus menjalankan profesinya sebagai nelayan di sungat tersebut. Sampai suatu saat, dia kaget, ada benda mengkilat di salah satu bubunya. Dan, benda itu adalah intan.

Tentu saja berita itu cepat menyebar sebab pak Amir mendadak kaya. Ternyata intan yang masuk ke bubunya cukup besar dan berkualitas tinggi sehingga laku sampai ratusan juta. Warga desa tersebut tentu heboh. Berbondong-bendong pergi ke sungai untuk mencari ikan. Pak Budi, langsung mempelajari bagaimana cara menambang intan di sebuah sungai. Dia tanya sana sini untuk mengetahui caranya dan dia menjalankannya dengan sungguh-sungguh sampai dia mendapatkan intan, meski tidak sebanyak pak Amir.

Sementara ibu Cici memasang bubu sebanyak mungkin. Ikan yang tertangkap dilepas kembali karena tujuannya ingin mendapatkan intan. Dia ingin mendapatkan keberuntungan seperti pak Amir. Setelah sekian lama mencoba akhirnya bu Cici pulang dengan tangan kosong. Ikan tidak dapat apalagi intan.

Lain lagi dengan pak Dedi. Dia tidak melakukan apa-apa. Dia mengatakan,

KISAH KELUARGA TIKUS

KISAH KELUARGA TIKUS

Ini bukan tentang keluarga Stuart Little, ini tentang sebuah keluarga tikus dengan 8 anaknya yang masih belajar mencari makanan. Kebetulan ini adalah keluarga tikus rumahan, yang mencari makanan dari sisa-sisa makanan manusia. Ada dua anak tikus si belang dan si putih menemukan sepotong keju. Namun ada pertanyaan besar bagi kedua anak tikus tersebut, sehingga mereka ragu mengambil keju tersebut.

Apa yang membuat mereka ragu? Sebab keju tersebut tidak terletak di lemari. Padahal mereka biasa mencuri makanan dari lemari.

“Jangan-jangan, keju itu busuk dan dibuang.” kata si putih.

“Tidak, meski dari kejauhan saya mencium kalau keju itu masih segar. Pasti enak.” kata si belang.

“Tapi, warnanya kusam.” bantah di putih.

“Bukan warna yang menentukan, tetapi aromanya.” kata si belang.

“Ya sudah, kita ambil saja!” kata si putih.

TIDAK SEMPAT

TIDAK SEMPAT

Masih malam, jam 1:00, disaat orang masih terlelap tidur, pak Usman sudah bengun dan langsung bersiap-siap untuk pergi. Segala perbekalan dibawa termasuk makanan, minuman, dan golok. Mau ke mana pak Usman? Pak Usman adalah seorang pedagang bambu yang rumahnya di sekitar hutan bambu yang terletak di atas sebuah gunung.

Setelah perbekalan siap, dia pun ke luar rumah sambil melirik anak dan istrinya yang sedang nyenyak tidur. Mungkin, dia ingin berpamitan tetapi kasihan melihat anak dan istrinya sedang tidur pulas. Dia pun berangkat dan mengunci pintu dari luar. Tentu, pak Usman punya kunci duplikat karena hampir setiap hari ke luar malam.

Dia pun menghampiri gerobak yang sudah terisi bambu. Ternyata temannya mang Dadan sudah menunggu disana.

“Yuk, kita berangkat.” kata pak Usman. Tanpa basa basi lagi mereka langsung mendorong gerobak menuruni jalan yang lumayan curam. Perjalanan pun ditempuh cukup lama. Mereka sesekali berhenti untuk beristirahat meminum kopi yang mereka bawa dengan botol bekas minuman air mineral.

INSPIRASI DARI 2 ABAH KOMAR

INSPIRASI DARI 2 ABAH KOMAR

Ada dua orang dengan panggilan yang sama, yaitu Abah Komar. Yang satu tinggal di sekitar Cikampek berusaha 81 tahun. Dan yang satu lagi adalah tetangga saya di Cimahi dengan usia yang sepertinya tidak jauh dari 80-an. Keduanya sudah tua, namun keduanya memberikan inspirasi bagi saya.

Abah Komar yang di Cikampek, dengan usia setua itu masih berkeliling setiap hari dengan jalan kaki untuk menjajakan jasanya. Rata-rata setiap hari menempuh jarak sampai 20 km. Bukan jarak yang dekat bagi saya, apalagi bagi seorang kakek seusia 81 tahun ini. Jarak yang luar biasa jauh, yang menguras tenaga.

Mengapa Abah Komar melakukan ini? Satu alasan terucap dari mulutnya, yaitu tidak mau merepotkan anak dan cucu. Luar biasa, sebuah keinginan untuk tetap mandiri meski usia sudah senja. Padahal, sudah cukup alasan untuk menggantungkan hidup kepada anak dan cucu.

Sungguh malu, jika ada orang yang masih muda dan kuat tetapi tidak berusaha untuk mandiri. Masih menggantungkan hidup kepada orang lain, mudah menyerah, mengeluh, dan begitu mudah mengatakan sulit. Abah Komar, menempuh jarak 20 km per hari dengan penghasilan Rp 30.000 per hari, demi sebuah kemandirian.